Entri Populer

Kamis, 10 Mei 2012



PRIBADI "HELPER"

 

ridgewoodventures.net
Konselor Sebagai Pribadi
Memberi bantuan merupakan proses perkembangan dalam usaha yang memungkinkan konseli mampu untuk mengeksplorasi dan mengenal perasaan pribadi, mengungkapkan alasan dan latar belakang perasaannya. Untuk dapat melaksanakan peranan yang profesional yang unik sebagaimana tuntutan profesi, seorang konselor profesional harus memiliki pribadi yang berbeda dengan pribadi- pribadi yang bertugas membantu lainnya. Konselor dituntut memiliki pribadi yang lebih mampu untuk menunjang keefektifan konseling. Brammer (1985) juga mengakui adanya kesepakatan helper tentang pentingnya pribadi konselor sebagai alat yang mengefektifkan proses helping, hal ini membuktikan bahwa ciri pribadi para helper berbeda dengan orang- orang awam (nonhelper).

Adapun pokok- pokok kekhasan pribadi para helper pada umumnya berdasarkan sifat hubungan helping, menurut Brammer (1985) adalah:
1)                  Kesadaran Akan Diri dan Nilai- nilai
 Para helper memerlukan suatu kesadaran tentang posisi-posisi nilai mereka sendri. Mereka harus mampu mengetahui siapa dirinya, apa yang penting untuk dirinya, signifikansi sosial apa dari yang dilakukannya, dan apa yang mendorong ia menjadi seorang helper. Kesadaran ini membantu para helper membentuk kejujuran terhadap drinya sendiri dan terhadap helpi mereka dan juga membantu para helper menghindari memperalat secara tidak tidak bertanggung jawab atau tidak etis terhadap para helpi bagi kepentingan pemuasan kebutuhan diri pribadi para helper sendiri.
2)                  Kesadaran Akan Pengalaman Budaya 
Suatu program latihan kesadaran diri yang terarah bagi para helper yang mencakup pengetahuan tentang populasi khusus para helpi. Misalnya, jika seseorang telah menjalin hubungan helping dengan dengan helpi dalam masyarakat suku lain dengan latar belakang yang sangat berbeda (konselor suku jawa dengan konseli dalam masyarakat Bugis Makasar), helper dituntut mengetahui lebih banyak lagi tentang budaya para helpi. Mengetahui lebih banyak perbedaan antara para helper dan para helpi merupakan hal yang sangat vital bagi keefektifan hubungan helping. Para helper profesional hendaknya mempelajari ciri khas budaya dan kebiasaan tiap kelompok helpi mereka.
3)                  Kemampuan Menganalisis Kemampuan Helper Sendiri 
Seorang helper harus "berkepala dingin", terlepas dari perasaan-perasaan pribadi mereka sendiri. Seorang helper juga harus mempunyai kesadaran dan kontrol perasaan sendiri guna menghindari proyeksi kebtuhan. Harus diketahui pula bahwa para helper mempunyai perasaan dari waktu ke waktu. Misalnya, mereka merasa gembira atas pertumbuhan helpi yang semakin mamdiri. Demikian juga, mereka akan merasa kecewa ketika harapan mereka terhadap helpi untuk mandiri tidak terwujud. Mereka bisa juga merasa tidak berguna ketika tawaran bantuan mereka tidak dihiraukan oleh para helpi. Mereka bahkan bisa merasa bingung atas kekomplekan masalah dan sikap-sikap yang tidak mendukung para helpi terhdap mereka. Para helper harus mampu menyelami perasaan-perasaan mereka sendiri, memahami dan menerima perasaan-perasaan mereka. Tidak menggantungkan harapan-harapan sukses terlalu tinggi dan berdiskusi sesama kolega dapat membantu meredakan perasaan-perasaan negatif.
4)                       Kemampuan Berlayan Sebagai Teladan dan Pemimpin atau Orang Berpengaruh
 Kemampuan ini penting terutama berkenaan dengan kredibilitas para helper di mata helpi. Helper sebagai teladan atau model dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan. Mereka harus tampak beradap, matang, dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Jika misalnya, kehidupan keluarga mereka tidak tentram, anak-anak mereka sering berurusan dengan kepolisian, maka validitas kerja helping mereka perlu dipertanyakan. Tetapi bukan berarti para helper harus menguasai para helpi mereka, para helper harus dapat menunjukkan kemampuan melihat inti masalah dengan tajam dan cepat dan menampakkan rasa percaya diri yang mapan.
5)                   AltruismePribadi yang altruisme ditandai dengan kesediaan berkorban (waktu, tenaga, dan mungkin materi) untuk kepentingan kebahagian atau kesenangan orang lain. Para helper merasakan kepuasan tersendiri manakala mereka berperan membantu orang lain. Pribadi para helper yang efektif ditandai dengan minat yang lebih besar terhadap orang dibanding dengan benda. Mereka lebih suka memuaskan orang lain ketimbang memuaskan diri mereka sendiri. Kepuasan para helper diperoleh melalui pemberian peluang memuaskan orang lain.
6)                  Penghayatan Etik yang KuatRasa etik para helper berarti bahwa mereka harus berusaha menyeimbangkan antara rasa aman helpi dengan ekspektasi masyarakat. Dengan kata lain seorang konselor harus dapat merahasiakan kehidupan pribadi konseli dan memiliki tanggung jawab moral untuk membantu memecahkan kesukaran konseli. Misalnya, jika kepentingan rasa aman seorang helpi diutamakan maka helper tidak membocorkan informasi-informasi yang bersifat rahasia mengenai helpi kepada orang lain yang tidar berkepentingan.
7)                  Tanggung jawab
Tanggung jawab para helper dalam hal ini khusus berkenaan dengan konteks bantuan khusus yang diberikan kepada helpi. Salah satu tempat penerapan khusus tanggung jawab para helper adalah dalam menangani kasus yang diluar bidang kemampuan, kompetensi mereka. Para helper yang bertanggung jawab menyadari keterbatasan mereka, sehingga tidak mencanangkan hasil-hasil yang realistis. Mereka akan mengupayakan referal kepada spesialis ketika mereka menyadari keterbatasan diri mereka dan tetap kontak dengan para helpi mereka sampai spesialis lain itu mengambil tanggung jawab dalam suatu hubungan baru dengan konseli. Begitu pula ketika para helper koopeten menangani kasus, mereka tidak akan membiarkan kasus para helpi terkatung-katung tanpa penyelesaian.
Sumber :
Mappiare, Andi AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.